H-46 to JFC 2012
Jember Fashion Carnaval atau disingkat JFC merupakan salah satu acara tahunan yang menurut saya menggabungkan konsep fashion dan karnaval. Begitu sok tahunya saya padahal saya sendiri belum pernah mencicipi secara langsung kehebohan acara JFC secara langsung.
Untuk mengurangi kesan sok tahu, maka saya berniat untuk mengunjungi Jember tahun ini, di JFC yang ke 11. Dan dalam kesempatan itu pula saya akan merasakan pertama kalinya untuk ber-solo backpacking. Padahal dengan kondisi saya tidak punya sanak saudara di Jember, belum pernah ke Jember dan juga tidak bisa membayangkan Jember seperti apa. Bahkan, pertama kali saya memutuskan untuk menyaksikan JFC, saya tidak tahu dimana itu Jember. Saya hanya tahu Jember itu berada di Jawa Timur. Pengalaman saya ke Jawa Timur pun hanya sedikit, hanya ketika pergi ke kawah Ijen untuk penelitian dan ke Surabaya untuk sebuah pertemuan. Nekat sekali ya kedengarannya. Makanya saya pun dari jauh-jauh hari sudah mempersiapkan mental, uang dan waktu. Namun, dengan status "mahasiswa" maka dana yang saya miliki pun terbatas. Jadi, ketika terlintas pikiran untuk ke Jember, saya langsung cari tahu harga penginapan atau hotel di Jember melalui internet. Ternyata hasil yang saya dapatkan cukup mengecewakan, karena harganya cukup membunuh impian saya untuk ke Jember. Sampai, akhirnya saya menemukan yang harganya pas di kantong saya lupa mem-perhitungkan saya juga butuh dana untuk transportasi kesana. Saya pun berniat untuk meminta dana tambahan ke orang tua untuk mensponsori perjalanan saya kali ini. Namun, begitu saya ceritakan keinginan saya ke Jember untuk menyaksikan JFC. Proposal saya ditolak mentah-mentah. Menyedihkan.
Saya pun mengubah rencana perjalanan saya. Niat awal saya mau ke Jember dengan menggunakan pesawat untuk ke Surabaya, kemudian lanjut kereta untuk sampai ke Jember. Tapi dengan dana terbatas sepertinya tidak mungkin saya berleha-leha dengan pesawat. Oleh karena itu saya harus mengubah 1.5 jam perjalan ke Surabaya menjadi 12 jam perjalanan dengan menggunakan Kereta. Oke, untuk meminimalisir biaya dan membunuh kebosanan saya akan mengajak teman untuk ikut dalam perjalanan kali ini. Tapi begitu saya bercerita mau ke Jember buat nonton JFC reaksi orang yang saya harapkan sebagai teman perjalanan adalah "hah? ngapain jauh-jauh cuma buat nonton JFC". Dalam hati saya membalas "Sialan lo". Akhirnya karena saya sepertinya akan tetap berangkat sendiri, maka saya tidak jadi untuk naik kereta ekonomi, padahal biaya bisa ditekan secara signifikan. Saya tidak cukup die hard untuk naik kereta ekonomi sampai Surabaya sendirian, walaupun saya sudah pernah merasakan dua kali sebelumnya. Walaupun pada awal-awal saya tetap ingin mengurangi biaya dengan naik kereta ekonomi, namun setelah berkali-kali membayangkan saya sendirian. Pupus sudah harapan.
Dengan kebingungan bagaimana menambah dana atau megurangi biaya, saya pun teringat bahwa saya tergabung dengan komunitas jalan-jalan Couchsurfing, dimana saya tidak aktif dalam site ini. Berharap akan mendapat pencerahan saya pun mencari anggota yang tinggal di Jember. Setelah mendapat beberapa nama kemudian saya sortir yang memiliki probabilitas terpercaya dan juga wanita. Ada 2 orang yang, menurut saya terpercaya. Saya add lah orang pertama dengan message mau tanya Info ttg Jember. Orang pertama ini merupakan akun yang sudah verified jadi pasti terpercaya. Beberapa waktu menunggu, nggak diconfirm, pesan pun tak dibalas. Sedih.
Saya pun menaruh harap pada orang kedua. Saya pun hanya mengirim pesan, tidak mencoba saya add sebagai teman. Karena menyedihkan "ditolak" secara double. Jadi kalau pesan tidak dibalas pun rasanya tidak sesedih seperti ke orang yang pertama, yang menolak double. Orang kedua yang saya hubungi ini akunnya tidak verified tapi saya pilih karena ketika saya lihat akunnya, sepertinya dia cukup aktif dan komentar dari orang-orang juga positif. Selain itu umur dia juga tidak begitu jauh dari saya. Waktu pun bergulir, saya pun ketika mengirim pesan tidak terlalu berharap. Tapi Tuhan berkata lain. Istilah "Mukjizat itu nyata" ternyata benar. Setelah menunggu selama 8 jam, pesan saya dijawab. Gayung bersambut. Pesan saya yang berisi bantuan untuk info penginapan sesuai anggaran dijawab bahwa dia bisa memberikan tempat gratis. Ulala. Tapi karena saya merasa tidak enak, belum kenal sudah mau numpang maka saya pun menolak dengan halus. Alasannya takut merepotkan. Tapi dia bilang sebelumnya dia pernah menampung sampai 24 orang dan dia sudah terbiasa untuk menampung orang di rumahnya. Orang tuanya pun sudah mengerti kegiatan anaknya. Karena dipaksa maka saya pun menerima mukjizat besar ini.
Sejauh ini persiapan saya di h-46 JFC saya sudah punya teman di Jember, penginapan juga sudah ada yang mau menampung. Berarti tinggal transportasi menuju Jember. Karena biaya sudah diminimalisir dari penginapan maka untuk saya tidak masalah naik pesawat atau kereta non-ekonomi. Namun, berhubung saya tidak tahu jalan di Surabaya, saya membayangkan kalau saya naik pesawat, keluar dari bandara terus bingung ke terminal atau stasiun buat lanjut ke Jember. Naik taksi, bisa-bisa harganya mahal karena ketahuan saya ini nggak paham Surabaya. Akhirnya, saya memutuskan untuk naik kereta sampai stasiun Gubeng terus lanjut naik kereta sampai stasiun di Jember. Jadi saya tidak perlu keluar-keluar stasiun atau bandara untuk mencari kendaran menuju transportasi selanjutnya menuju Jember. Selain dana bisa diminimalkan, tingkat kenyasaran diminimalkan risiko saya untuk diculik pun mengecil (hmm, no comment). Tapi sampai sekarang saya belum sempat beli tiket kereta. Semoga nggak kehabisan lah.
Seperti pepatah Inggris "God saves the Queen" semoga perjalanan saya nanti tidak ada hambatan apa-apa, karena saya berada dalam lindungan Tuhan. Amiin. Sebagai penutup, "Jember brace yourself, I'm Coming"
Untuk mengurangi kesan sok tahu, maka saya berniat untuk mengunjungi Jember tahun ini, di JFC yang ke 11. Dan dalam kesempatan itu pula saya akan merasakan pertama kalinya untuk ber-solo backpacking. Padahal dengan kondisi saya tidak punya sanak saudara di Jember, belum pernah ke Jember dan juga tidak bisa membayangkan Jember seperti apa. Bahkan, pertama kali saya memutuskan untuk menyaksikan JFC, saya tidak tahu dimana itu Jember. Saya hanya tahu Jember itu berada di Jawa Timur. Pengalaman saya ke Jawa Timur pun hanya sedikit, hanya ketika pergi ke kawah Ijen untuk penelitian dan ke Surabaya untuk sebuah pertemuan. Nekat sekali ya kedengarannya. Makanya saya pun dari jauh-jauh hari sudah mempersiapkan mental, uang dan waktu. Namun, dengan status "mahasiswa" maka dana yang saya miliki pun terbatas. Jadi, ketika terlintas pikiran untuk ke Jember, saya langsung cari tahu harga penginapan atau hotel di Jember melalui internet. Ternyata hasil yang saya dapatkan cukup mengecewakan, karena harganya cukup membunuh impian saya untuk ke Jember. Sampai, akhirnya saya menemukan yang harganya pas di kantong saya lupa mem-perhitungkan saya juga butuh dana untuk transportasi kesana. Saya pun berniat untuk meminta dana tambahan ke orang tua untuk mensponsori perjalanan saya kali ini. Namun, begitu saya ceritakan keinginan saya ke Jember untuk menyaksikan JFC. Proposal saya ditolak mentah-mentah. Menyedihkan.
Saya pun mengubah rencana perjalanan saya. Niat awal saya mau ke Jember dengan menggunakan pesawat untuk ke Surabaya, kemudian lanjut kereta untuk sampai ke Jember. Tapi dengan dana terbatas sepertinya tidak mungkin saya berleha-leha dengan pesawat. Oleh karena itu saya harus mengubah 1.5 jam perjalan ke Surabaya menjadi 12 jam perjalanan dengan menggunakan Kereta. Oke, untuk meminimalisir biaya dan membunuh kebosanan saya akan mengajak teman untuk ikut dalam perjalanan kali ini. Tapi begitu saya bercerita mau ke Jember buat nonton JFC reaksi orang yang saya harapkan sebagai teman perjalanan adalah "hah? ngapain jauh-jauh cuma buat nonton JFC". Dalam hati saya membalas "Sialan lo". Akhirnya karena saya sepertinya akan tetap berangkat sendiri, maka saya tidak jadi untuk naik kereta ekonomi, padahal biaya bisa ditekan secara signifikan. Saya tidak cukup die hard untuk naik kereta ekonomi sampai Surabaya sendirian, walaupun saya sudah pernah merasakan dua kali sebelumnya. Walaupun pada awal-awal saya tetap ingin mengurangi biaya dengan naik kereta ekonomi, namun setelah berkali-kali membayangkan saya sendirian. Pupus sudah harapan.
Dengan kebingungan bagaimana menambah dana atau megurangi biaya, saya pun teringat bahwa saya tergabung dengan komunitas jalan-jalan Couchsurfing, dimana saya tidak aktif dalam site ini. Berharap akan mendapat pencerahan saya pun mencari anggota yang tinggal di Jember. Setelah mendapat beberapa nama kemudian saya sortir yang memiliki probabilitas terpercaya dan juga wanita. Ada 2 orang yang, menurut saya terpercaya. Saya add lah orang pertama dengan message mau tanya Info ttg Jember. Orang pertama ini merupakan akun yang sudah verified jadi pasti terpercaya. Beberapa waktu menunggu, nggak diconfirm, pesan pun tak dibalas. Sedih.
Saya pun menaruh harap pada orang kedua. Saya pun hanya mengirim pesan, tidak mencoba saya add sebagai teman. Karena menyedihkan "ditolak" secara double. Jadi kalau pesan tidak dibalas pun rasanya tidak sesedih seperti ke orang yang pertama, yang menolak double. Orang kedua yang saya hubungi ini akunnya tidak verified tapi saya pilih karena ketika saya lihat akunnya, sepertinya dia cukup aktif dan komentar dari orang-orang juga positif. Selain itu umur dia juga tidak begitu jauh dari saya. Waktu pun bergulir, saya pun ketika mengirim pesan tidak terlalu berharap. Tapi Tuhan berkata lain. Istilah "Mukjizat itu nyata" ternyata benar. Setelah menunggu selama 8 jam, pesan saya dijawab. Gayung bersambut. Pesan saya yang berisi bantuan untuk info penginapan sesuai anggaran dijawab bahwa dia bisa memberikan tempat gratis. Ulala. Tapi karena saya merasa tidak enak, belum kenal sudah mau numpang maka saya pun menolak dengan halus. Alasannya takut merepotkan. Tapi dia bilang sebelumnya dia pernah menampung sampai 24 orang dan dia sudah terbiasa untuk menampung orang di rumahnya. Orang tuanya pun sudah mengerti kegiatan anaknya. Karena dipaksa maka saya pun menerima mukjizat besar ini.
Sejauh ini persiapan saya di h-46 JFC saya sudah punya teman di Jember, penginapan juga sudah ada yang mau menampung. Berarti tinggal transportasi menuju Jember. Karena biaya sudah diminimalisir dari penginapan maka untuk saya tidak masalah naik pesawat atau kereta non-ekonomi. Namun, berhubung saya tidak tahu jalan di Surabaya, saya membayangkan kalau saya naik pesawat, keluar dari bandara terus bingung ke terminal atau stasiun buat lanjut ke Jember. Naik taksi, bisa-bisa harganya mahal karena ketahuan saya ini nggak paham Surabaya. Akhirnya, saya memutuskan untuk naik kereta sampai stasiun Gubeng terus lanjut naik kereta sampai stasiun di Jember. Jadi saya tidak perlu keluar-keluar stasiun atau bandara untuk mencari kendaran menuju transportasi selanjutnya menuju Jember. Selain dana bisa diminimalkan, tingkat kenyasaran diminimalkan risiko saya untuk diculik pun mengecil (hmm, no comment). Tapi sampai sekarang saya belum sempat beli tiket kereta. Semoga nggak kehabisan lah.
Seperti pepatah Inggris "God saves the Queen" semoga perjalanan saya nanti tidak ada hambatan apa-apa, karena saya berada dalam lindungan Tuhan. Amiin. Sebagai penutup, "Jember brace yourself, I'm Coming"
Comments
Post a Comment