Orang Indonesia Tukang Lempar Tanggung Jawab (?)
Sebenarnya sudah lama sekali saya sering memikirkan mengenai masalah. Ditambah saya baru saja melihat sebuah pertandingan olahraga dimana wakil dari Indonesia mengalami kekalahan. Bukan masalah menang atau kalahnya yang mau saya bahas, ya walaupun memang sebagai pendukung tentu kecewa. Nah, pendukung-pendukung yang kecewa ini biasanya akan memberikan kata-kata semangat ke atlet biar kedepannya tetap berusaha dan menye menye menye. Ada juga yang maki-maki atletnya kalau permainannya memang kurang oke, ya si pendukung ini mendadak jadi ahli komentator olahraga lah. Nah yang menarik nantinya adalah reaksi dari para penggemar garis keras si atlet, yang bagaimanapun jeleknya permainan si atlet akan tetap dibilang bagus, juga reaksi dari atlet itu sendiri.
kebetulan, wakil Indonesia dari pertandingan yang saya maksud diatas, kemarin memang bermain kurang oke. Banyaklah kritik berdatang ke akun si twitter atlet tersebut, namun sepertinya atlet ini merasa panas dengan salah satu pengkritiknya sampai dia membalas "ya sudah lain kali kamu saja yang main ya". JENG JENG!
Menurut saya pribadi, seharusnya kata-kata itu tidak perlu keluar dari seorang atlet besar. Okelah kalau para penggemarnya yang reaksinya seperti itu, namanya juga pendukung garis keras yang nggak mau ada yang mencela sang idola. Tapi kalau yang ngomong si atlet ini kok kesannya jadi kayak nggak profesional gitu ya, ya walaupun mungkin dia memang kesal. Jadi terkesan seperti orang yang melempar tanggung jawab.
Saya juga teringat, ketika final piala AFF 2010, disitu Markus memang lagi kurang oke mainnya, dikomentarinlah sama seorang penyiar radio. Si penyiar radio ini pun balik dikomentarin oleh para penggemar Markus yang kira-kira isinya "kenapa nggak lo aja sana yang main, kayak lo bisa aja jadi kiper" nah si penyiar ini pun membalas dengan "lah kerjaan gw kan bukan jadi kiper, kalo gw emang kiper ya gw harus jadi kiper yang bener. karena kerjaan gw ini penyiar sama MC ya gw harus jadi MC yang bener, kalo gw siaran+nge-MCnya jelek ya kalian boleh protes"
That's it! sangat masuk akal jawaban dari si penyiar tersebut. Kalau setiap orang bisa ngomong kayak atlet pertama yang saya maksud, bisa-bisa setiap orang nggak akan tanggung jawab sama pekerjaannya. Ya nggak mungkin kan kalau ada karyawan hasil kerjaannya jelek, terus ditegur sama bosnya si karyawan ini malah ngomong ke bosnya "lain kali lo aja bos yang ngerjain, lo pikir gampang ngerjain beginian". Nah sama saja buat seorang atlet, mereka kan digaji sama negara, duit negara itu kan hasil pajak masyarakat. Berarti bisa dibilang kalau atlet itu ya karyawan dari masyarakat. berarti seharusnya ketika dia ditegur sama "bos"nya ya terima kalau memang dia bermain nggak bagus. Toh, nggak mungkin kan kalau mainnya sudah oke tapi masih dimaki-maki, kecuali haters.
Kalau dilihat-lihat memang di Indonesia ini saya sering menemukan fenomena "lempar tanggung jawab" seperti diatas. Seringnya sih kalau ada yang komentar betapa buruknya performa pekerjaan seseorang terus dibalas dengan "kayak lo bisa aja, coba aja deh lo yang kerjain". Dari situ terlihat bagaimana kita terbiasa hidup dengan minimnya rasa tanggung jawab dari diri kita sendiri, juga rasa introspeksi yang rendah dan tidak mau disalahkan.
Jadi, poin dari tulisan ini adalah setiap orang itu punya tanggung jawab masing-masing dengan profesinya dan juga gelar yang melekat di dirinya. Jadi ketika memang melakukan kesalahan terkait dengan pekerjaannya pasti akan ada yang tegur, dan harus terima kalau memang salah. Bukannya malah balik marah-marah, tanpa ada introspeksi. Satu kutipan menarik dari film spiderman untuk mengakhiri tulisan ini (walaupun agak nggak nyambung). With great power comes great responsibilty.
kebetulan, wakil Indonesia dari pertandingan yang saya maksud diatas, kemarin memang bermain kurang oke. Banyaklah kritik berdatang ke akun si twitter atlet tersebut, namun sepertinya atlet ini merasa panas dengan salah satu pengkritiknya sampai dia membalas "ya sudah lain kali kamu saja yang main ya". JENG JENG!
Menurut saya pribadi, seharusnya kata-kata itu tidak perlu keluar dari seorang atlet besar. Okelah kalau para penggemarnya yang reaksinya seperti itu, namanya juga pendukung garis keras yang nggak mau ada yang mencela sang idola. Tapi kalau yang ngomong si atlet ini kok kesannya jadi kayak nggak profesional gitu ya, ya walaupun mungkin dia memang kesal. Jadi terkesan seperti orang yang melempar tanggung jawab.
Saya juga teringat, ketika final piala AFF 2010, disitu Markus memang lagi kurang oke mainnya, dikomentarinlah sama seorang penyiar radio. Si penyiar radio ini pun balik dikomentarin oleh para penggemar Markus yang kira-kira isinya "kenapa nggak lo aja sana yang main, kayak lo bisa aja jadi kiper" nah si penyiar ini pun membalas dengan "lah kerjaan gw kan bukan jadi kiper, kalo gw emang kiper ya gw harus jadi kiper yang bener. karena kerjaan gw ini penyiar sama MC ya gw harus jadi MC yang bener, kalo gw siaran+nge-MCnya jelek ya kalian boleh protes"
That's it! sangat masuk akal jawaban dari si penyiar tersebut. Kalau setiap orang bisa ngomong kayak atlet pertama yang saya maksud, bisa-bisa setiap orang nggak akan tanggung jawab sama pekerjaannya. Ya nggak mungkin kan kalau ada karyawan hasil kerjaannya jelek, terus ditegur sama bosnya si karyawan ini malah ngomong ke bosnya "lain kali lo aja bos yang ngerjain, lo pikir gampang ngerjain beginian". Nah sama saja buat seorang atlet, mereka kan digaji sama negara, duit negara itu kan hasil pajak masyarakat. Berarti bisa dibilang kalau atlet itu ya karyawan dari masyarakat. berarti seharusnya ketika dia ditegur sama "bos"nya ya terima kalau memang dia bermain nggak bagus. Toh, nggak mungkin kan kalau mainnya sudah oke tapi masih dimaki-maki, kecuali haters.
Kalau dilihat-lihat memang di Indonesia ini saya sering menemukan fenomena "lempar tanggung jawab" seperti diatas. Seringnya sih kalau ada yang komentar betapa buruknya performa pekerjaan seseorang terus dibalas dengan "kayak lo bisa aja, coba aja deh lo yang kerjain". Dari situ terlihat bagaimana kita terbiasa hidup dengan minimnya rasa tanggung jawab dari diri kita sendiri, juga rasa introspeksi yang rendah dan tidak mau disalahkan.
Jadi, poin dari tulisan ini adalah setiap orang itu punya tanggung jawab masing-masing dengan profesinya dan juga gelar yang melekat di dirinya. Jadi ketika memang melakukan kesalahan terkait dengan pekerjaannya pasti akan ada yang tegur, dan harus terima kalau memang salah. Bukannya malah balik marah-marah, tanpa ada introspeksi. Satu kutipan menarik dari film spiderman untuk mengakhiri tulisan ini (walaupun agak nggak nyambung). With great power comes great responsibilty.
Comments
Post a Comment