Lihat Benda Langit di Planetarium Jakarta
Inilah keisengan gue yang bangun kepagian di hari Sabtu. Karena nggak tau harus ke mana selesai brunch. Akhirnya gue memutuskan untuk pergi yang bikin pinter yaitu ke *dudududududu* ke Planetarium. Buat yang belum tau, Planetarium ini adalaaaahhhhh apa hayooooo. Lah nyebelin.
Nama lengkapnya Planetarium dan Observatorium, ini merupakan tempat simulasi benda langit. Waktu gue masih SD, pernah ke sini nih dalam rangka widyawisata anak SD. Pas kecil gue takjub banget liat pertunjukannya. WOW banget pokoknya. Terbayang-bayang sampai gue gede. Nah, berhubung ada kesempatan gue pilih berkunjung ke Planetarium. Apalagi kabar yang beredar, Planetarium Jakarta ini bisa jadi ditutup karena suku cadang untuk proyektor pertunjukan benda langitnya sudah nggak dijual lagi oleh penyedianya alias dari Carl Zeiss. Makanya, sekarang pihak Planetarium coba untuk perawatan dan perbaikan sendiri kalau ada kerusakan.
Planetarium ini lokasinya di Taman Ismail Marzuki alias TIM. Begitu masuk gerbang TIM udah tuh langsung keliata tulisan Planetarium. Main-main di Planetariumnya sih gratis. Bisa liat-liat pameran benda langitnya. Tapi kalau mau tonton pertunjukan simulasi benda langit perlu bayar 12.000 per orang. Murah kaaan. Cuma bayarnya harus pakai JakCard. Jadi di awal keluar 50.000 untuk beli JakCard yang sudah ada saldonya 30.000.
Planetarium ini bukanya dari jam 08.00 sampai jam 15.00, dan hari Senin tutup. Jadwal pertunjukannya ada 2 kali sehari. Jam 10.30 (kalau nggak salah) dan jam 13.30. Kebetulan gue sampai sana jam 11.30, jadi setelah beli tiket cek ombak dulu deh di ruang pamerannya.
Pertama-tama masuk ke lorong yang isinya astrologi. Di sini sih nggak begitu banyak informasi. Cuma gambar-gambar astrologi.
Terus lanjut ke ruang exhibition hall. Di sini lebih banyak informasinya. Masuk-masuk ruangan kita akan dikasih liat sama bola dunia (hayo bumi bulat atau datar nih :p).
Di ruangan ini ada berbagai macam miniatur terkait dengan astronomi. Mulai dari roket, teleskop sampai ke tata surya. Termasuk juga dengan informasinya. Misalnya penjelasan tentang teleskop-teleskop atau definisi tentang Supernova.
Selanjutnya, selesai main-main di exhibition hall lanjut nungguin jadwal pertunjukan. Di jadwalnya sih jam 13.30, tapi jam 13.00 sudah mulai dibuka. Ruang pertunjukannya ada di lantai 2. Kalau mau ruang pertunjukan, jangan bawa makanan dan minuman. Barang bawaan pasti dicek, kalau ketahuan bawa bakalan suruh titip di bawah. Jadi daripada bolak balik, mending jangan ngeyel dan titipkan makanan dan minuman anda sekalian yaaa. Saat mau naik kita harus tunjukan tiketnya.
Memasuki ruang pertunjukan, lampu masih menyala. Namun hati-hati karena struktur lantainya ada yang berundak, bisa-bisa salah langkah terus jadi terpeleset. Kemarin ada pengunjung jatuh dan kakinya terkilir.
Kesan di ruang pertunjukan ini dibanding kenangan waktu kecil, nggak terlalu banyak berubah. Layarnya ada di atas kepala kita. Iya di langit-langitnya yang berbentuk dome itu. Bangkunya kayak dibioskop, tapi bisa dimundurin.
Cumaaaaaaaaaaaa. Hmmmmm. Berisik banget. Karena ini kan rekreasi keluarga, jadi banyak bawa anak kecil di bawah lima tahun. Balita-balita ini banyak yang merengek. Apalagi saat lampu sudah dimatikan
Oh iya, sebelum lampu dimatikan, petugas memberikan himbauan agar jangan ada cahaya yang ke atas. Kalian masih diperbolehkan menyalakan ponsel, asal cahayanya nggak mengganggu ke arah layar. Dikasih tau aturan jika ingin ke toilet perlu ke pintu arah mana. Sekali lagi kalau butuh cahaya untuk mengarahkan jalan, cahaya jangan diarahkan ke atas atau ke layar.
Tapi pemirsaaahhh. Banyak yang bandel. Jadi kenikmatan nontonnya jauh berkurang dibanding waktu dulu kecil. Kalau yang terlambat baru masuk, okelah mungkin dia nggak tau aturannya. Tapi ini yang di dalam. Ampun deh, astagaaaah. Bandel banget.
Padahal Mas operator udah menegor, tapi masih loh ya penonton-penonton yang duduk di bagian kiri gue bolak-balik keluarin handphone, entah buat dokumentasi, konten atau lagi diposesifin sama pacarnya.
Beneran loh, cahaya yang keluar itu kalau menghadap ke atas walaupun bukan senter dan hanya cahaya dari layar ponsel itu udah ganggu banget. Karena pertunjukannya kan tentang benda langit yang mayoritas background hitam. Sampai mikir ini orang-orang adabnya di mana. Mas operator sampai malas negor lagi.
Daaan akhirnya gue yang tegor. Saat pertunjukan lagi tentang matahari atau venus atau mars ya gue lupa, itu kan ruangan jadi agak terang karena background jadi jingga. Itu mbak-mbak yang kerjaannya ngeluarin hape buat konten, gue liatin terus sampe sadar bahwa mereka gue judesin. Terus ada juga Mas yang juga keluarin hape mulu dan layar ponselnya terang banget ganggu. Tapi sayang orang di sebelahnya nggak mau negor, jadi gue yang lompat beberapa bangku yang teriakin "MAS LAMPUNYA DONG, GANGGU BANGET". Kemudian gue melanjutkan mencoba menikmati pertunjukan dengan hati dongkol.
Untuk pertunjukannya apa aja sih yang diceritain? Pokoknya benar-benar tentang ruang angkasa. Mulai dari rasi bintang, bulan, planet-planet, matahari, tata surya, dan sebagainya. Ada momen saat kita diajak take off dari pesawat luar angkasa, atau saat kita diajak keliling-keliling lihat bintang. Di situ seolah-olah kursinya goyang padahal itu ilusi dari layar pertunjukannya. Waktu kecil gue kira kursinya goyang beneran hahaha.
Jadi buat anaknya yang hobi dengan benda langit bagus banget diajak ke sini. Tapi kalau sekadar rekreasi, baiknya kalau anaknya di bawah 6 tahun mending nunggu nanti deh usia 9-10 tahun. Saat usianya sudah mulai paham, jadi tidak rewel di dalam ruangan. Oh iya jangan lupa, hargai penonton lain dengan tidak mengeluarkan ponsel karena cahayanya bisa mengganggu layar saat pertunjukan.
Oke segitu aja cerita dari Planetarium. Gue sarankan kalian untuk cobain ke Planetarium. Daripada nanti lensa proyektornya keburu rusak total jadi nggak bisa diperbaiki lagi dan mungkin suatu hari nanti ditutup total.
Nama lengkapnya Planetarium dan Observatorium, ini merupakan tempat simulasi benda langit. Waktu gue masih SD, pernah ke sini nih dalam rangka widyawisata anak SD. Pas kecil gue takjub banget liat pertunjukannya. WOW banget pokoknya. Terbayang-bayang sampai gue gede. Nah, berhubung ada kesempatan gue pilih berkunjung ke Planetarium. Apalagi kabar yang beredar, Planetarium Jakarta ini bisa jadi ditutup karena suku cadang untuk proyektor pertunjukan benda langitnya sudah nggak dijual lagi oleh penyedianya alias dari Carl Zeiss. Makanya, sekarang pihak Planetarium coba untuk perawatan dan perbaikan sendiri kalau ada kerusakan.
Planetarium ini lokasinya di Taman Ismail Marzuki alias TIM. Begitu masuk gerbang TIM udah tuh langsung keliata tulisan Planetarium. Main-main di Planetariumnya sih gratis. Bisa liat-liat pameran benda langitnya. Tapi kalau mau tonton pertunjukan simulasi benda langit perlu bayar 12.000 per orang. Murah kaaan. Cuma bayarnya harus pakai JakCard. Jadi di awal keluar 50.000 untuk beli JakCard yang sudah ada saldonya 30.000.
Planetarium ini bukanya dari jam 08.00 sampai jam 15.00, dan hari Senin tutup. Jadwal pertunjukannya ada 2 kali sehari. Jam 10.30 (kalau nggak salah) dan jam 13.30. Kebetulan gue sampai sana jam 11.30, jadi setelah beli tiket cek ombak dulu deh di ruang pamerannya.
Pertama-tama masuk ke lorong yang isinya astrologi. Di sini sih nggak begitu banyak informasi. Cuma gambar-gambar astrologi.
Terus lanjut ke ruang exhibition hall. Di sini lebih banyak informasinya. Masuk-masuk ruangan kita akan dikasih liat sama bola dunia (hayo bumi bulat atau datar nih :p).
Sudah mulai perlu renovasi sepertinya. Cat mulai mengelupas |
Selanjutnya, selesai main-main di exhibition hall lanjut nungguin jadwal pertunjukan. Di jadwalnya sih jam 13.30, tapi jam 13.00 sudah mulai dibuka. Ruang pertunjukannya ada di lantai 2. Kalau mau ruang pertunjukan, jangan bawa makanan dan minuman. Barang bawaan pasti dicek, kalau ketahuan bawa bakalan suruh titip di bawah. Jadi daripada bolak balik, mending jangan ngeyel dan titipkan makanan dan minuman anda sekalian yaaa. Saat mau naik kita harus tunjukan tiketnya.
Memasuki ruang pertunjukan, lampu masih menyala. Namun hati-hati karena struktur lantainya ada yang berundak, bisa-bisa salah langkah terus jadi terpeleset. Kemarin ada pengunjung jatuh dan kakinya terkilir.
Kesan di ruang pertunjukan ini dibanding kenangan waktu kecil, nggak terlalu banyak berubah. Layarnya ada di atas kepala kita. Iya di langit-langitnya yang berbentuk dome itu. Bangkunya kayak dibioskop, tapi bisa dimundurin.
Ini dia si proyektor Carl Zeiss. Yang putih-putih kubah itu adalah layarnya |
Oh iya, sebelum lampu dimatikan, petugas memberikan himbauan agar jangan ada cahaya yang ke atas. Kalian masih diperbolehkan menyalakan ponsel, asal cahayanya nggak mengganggu ke arah layar. Dikasih tau aturan jika ingin ke toilet perlu ke pintu arah mana. Sekali lagi kalau butuh cahaya untuk mengarahkan jalan, cahaya jangan diarahkan ke atas atau ke layar.
Tapi pemirsaaahhh. Banyak yang bandel. Jadi kenikmatan nontonnya jauh berkurang dibanding waktu dulu kecil. Kalau yang terlambat baru masuk, okelah mungkin dia nggak tau aturannya. Tapi ini yang di dalam. Ampun deh, astagaaaah. Bandel banget.
Padahal Mas operator udah menegor, tapi masih loh ya penonton-penonton yang duduk di bagian kiri gue bolak-balik keluarin handphone, entah buat dokumentasi, konten atau lagi diposesifin sama pacarnya.
Beneran loh, cahaya yang keluar itu kalau menghadap ke atas walaupun bukan senter dan hanya cahaya dari layar ponsel itu udah ganggu banget. Karena pertunjukannya kan tentang benda langit yang mayoritas background hitam. Sampai mikir ini orang-orang adabnya di mana. Mas operator sampai malas negor lagi.
Daaan akhirnya gue yang tegor. Saat pertunjukan lagi tentang matahari atau venus atau mars ya gue lupa, itu kan ruangan jadi agak terang karena background jadi jingga. Itu mbak-mbak yang kerjaannya ngeluarin hape buat konten, gue liatin terus sampe sadar bahwa mereka gue judesin. Terus ada juga Mas yang juga keluarin hape mulu dan layar ponselnya terang banget ganggu. Tapi sayang orang di sebelahnya nggak mau negor, jadi gue yang lompat beberapa bangku yang teriakin "MAS LAMPUNYA DONG, GANGGU BANGET". Kemudian gue melanjutkan mencoba menikmati pertunjukan dengan hati dongkol.
Untuk pertunjukannya apa aja sih yang diceritain? Pokoknya benar-benar tentang ruang angkasa. Mulai dari rasi bintang, bulan, planet-planet, matahari, tata surya, dan sebagainya. Ada momen saat kita diajak take off dari pesawat luar angkasa, atau saat kita diajak keliling-keliling lihat bintang. Di situ seolah-olah kursinya goyang padahal itu ilusi dari layar pertunjukannya. Waktu kecil gue kira kursinya goyang beneran hahaha.
Jadi buat anaknya yang hobi dengan benda langit bagus banget diajak ke sini. Tapi kalau sekadar rekreasi, baiknya kalau anaknya di bawah 6 tahun mending nunggu nanti deh usia 9-10 tahun. Saat usianya sudah mulai paham, jadi tidak rewel di dalam ruangan. Oh iya jangan lupa, hargai penonton lain dengan tidak mengeluarkan ponsel karena cahayanya bisa mengganggu layar saat pertunjukan.
Oke segitu aja cerita dari Planetarium. Gue sarankan kalian untuk cobain ke Planetarium. Daripada nanti lensa proyektornya keburu rusak total jadi nggak bisa diperbaiki lagi dan mungkin suatu hari nanti ditutup total.
Comments
Post a Comment