Warung Nasi Uduk Hedon: Nasi Uduk Bro
Halo Bro dan Sis. Bukan mau membahas tentang Partai Solidaritas Indonesesyaaaah karena pakai panggilan Bro dan Sis. Tapi membahas Nasi Uduk Bro, yang juga pakai panggilan Bro dan Sis. Tapi seksis ya, namanya cuma masukkin yang "Bro" doang.
Oke, mari kita serius. Nasi Uduk Bro ini meng-klaim dirinya sebagai pelopor warung nasi uduk fancy. Atau kalau mengikuti yang terpampang di tembok mereka "PELOPOR WARUNG UDUK HEDON JAMAN NOW". Karena biasanya warung nasi uduk cuma modelan warteg atau warung nasi sederhada gitu kan. Lokasi Nasi Uduk Bro ini ada di Tebet.
Karena mereka klaim dirinya warung nasi uduk hedon, mari kita cekidot betul nggak nih. Jadi kemarin gue pesan nasi uduk, lele goreng, bebek goreng, sate usus dan sate ati ampela, kangkung, dan juga tempe orek.
Dari segi penyajian udah agak hedon ala-ala nih, sesuai klaim mereka. Kalau di warung nasi uduk biasanya disajikan di atas piring plastik atau piring kembang, baik dengan pakai daun pisang atau langsung ke piringnya. Kalau di Nasi Uduk Bro penyajiannya justru kebalik, nggak pakai piring tapi langsung menggunakan daun pisang. Jadi kayak versi liwetan, tapi cuma buat 1 orang.
Nasi uduknya ditaroh di dalam bakul bambu. Dan lauk-lauknya disatukan di piring bambu yang dilapisi daun pisang. Terus kangkungnya disajikan di piring lonjong, ya standar piring buat taruh tumisan kalau makan di warung tenda. Oh iya, orek tempenya ketinggalan di pesanannya, jadi baru datang belakangan doi. Oh iya, kalau pesan nasi uduk udah akan sekalian dikasih sama bawang goreng, telor dadar diiris tipis, dan sambal. Ketiganya disajikan terpisah dari nasi uduknya.
Waktu pertama kali tuang nasi uduknya ke daun pisang, kelihatan banget minyakan. Sangat oily. Gue sih mikirnya karena efek masaknya pakai santan yang melimpah atau santannya pakai yang santan kental. Makanya pas dicobain, rasanya memang gurih banget sampai gue curiga ada mecin tambahan bukan sekadar gurih santan. Tapi enak kok, tapi mungkin untuk beberapa orang bisa terlalu gurih. Dan struktur nasinya juga sedikit basah blenyek, tapi sedikiiit aja.
Oh iya, sebelum makan jangan lupa dituang bawang goreng dan telor dadarnya. Bawang gorengnya crunchy renyah, nggak blenyek minyakan, dan sempurna tingkat kematangannya. Nggak kepahitan karena gosong, atau langu karena kurang matang. Terus bawang gorengnya juga bukan yang banyak ditepungin gitu, kayak yang kebanyak dijual di kemasan di supermarket. Gue kalau bisa beli bawang gorengnya, gue beli deh itu. Sambelnya juga enak. Tapi ini pakai sambel ulek, bukan sambal kacang nasi goreng. Rasanya pedes dan gurih.
Lanjut nyicipin lauknya. Ternyata di sana juga klaim bahwa mereka punya the best duck in town. Memang enak, bukan yang terbaik tapi masuk di teratas lah. Bebek gorengnya itu luarnya garing sampai ke tulangnya garing dan dagingnya lembut dan gurih meresap banget. Terus untuk lelenya biasanya. Digoreng kering tapi dagingnya masih lembut.
Terus lanjut ke tempe oreknya yang dipotong agak tebal, bukan setipis korek tapi digoreng kering empuk nggak berminyak. Rasanya? Lagi-lagi dan lagi gurih sampe ke dalam. Sate ati ampelanya standard aja nggak istimewa, sate ususnya ngggak terlalu kering digorengnya jadi masih kerasa teksturnya kalau itu kulit ayam dan rasanya lagi-lagi gurih.
Nah untuk tumis kangkungnya ini ditumis dengan bawang putih dan bawang merah yang dipotong agak besar dan matangnya pas. Jadi bisa dikunyahin itu bawangnya. Kebetulan gue suka makan bawang yang ada di tumisan jadi itu tidak luput dari perhatian saya. Tapi rasanya ASIN.
Kesimpulannya gimana? Di sini terlalu gurih dan asin. Semuanya dibuat gurih. Tone rasanya asin. Walaupun memang nasi uduknya enak, oreknya enak, bebek gorengnya enak, sambalnya enak. Tapi semuanya kegurihan, jadi pas disatuin rasanya jadi lama-lama asin. Apalagi dengan tumis kangkungnya. Kalau menurut gue, misalnya rasa nasi uduk dan sambelnya udah gurih banget. Berarti lauk sampingannya jangan terlalu gurih. Dan minum air teh tawar itu rasanya benar-benar jadi penawar.
Dari segi harga, Nasi Uduk Bro ini udah bisa dibilang hedon untuk ukuran warung nasi uduk. Karena harganya lebih mahal dari Nasi Uduk Kebon Kacang.
Harga :
Nasi Uduk (per porsi): 12.100
Lele Goreng (dapat 2 ekor): 22.000
Bebek Goreng (1/4 ekor): 33.000
Tumis Kangkung: 16.500
Tempe Orek: 8.800
Sate kulit: 2.200
Sate Ati Ampela 5.500
Teh Tawar (bisa refill): 6.600
Rating dari aku 7/10, karena walaupun enak dan gurih tapi lama-lama jadi terlalu asin di lidah.
Oh iya, ini bonus gambar dari Fat Bubble, karena saat makan di sana lidah kena asin-asin terus jadi pengen dikenain sama yang manis-manis.
Itu lelehan es ganggu pemandangan :( |
Waktu pertama kali tuang nasi uduknya ke daun pisang, kelihatan banget minyakan. Sangat oily. Gue sih mikirnya karena efek masaknya pakai santan yang melimpah atau santannya pakai yang santan kental. Makanya pas dicobain, rasanya memang gurih banget sampai gue curiga ada mecin tambahan bukan sekadar gurih santan. Tapi enak kok, tapi mungkin untuk beberapa orang bisa terlalu gurih. Dan struktur nasinya juga sedikit basah blenyek, tapi sedikiiit aja.
Oh iya, sebelum makan jangan lupa dituang bawang goreng dan telor dadarnya. Bawang gorengnya crunchy renyah, nggak blenyek minyakan, dan sempurna tingkat kematangannya. Nggak kepahitan karena gosong, atau langu karena kurang matang. Terus bawang gorengnya juga bukan yang banyak ditepungin gitu, kayak yang kebanyak dijual di kemasan di supermarket. Gue kalau bisa beli bawang gorengnya, gue beli deh itu. Sambelnya juga enak. Tapi ini pakai sambel ulek, bukan sambal kacang nasi goreng. Rasanya pedes dan gurih.
Lanjut nyicipin lauknya. Ternyata di sana juga klaim bahwa mereka punya the best duck in town. Memang enak, bukan yang terbaik tapi masuk di teratas lah. Bebek gorengnya itu luarnya garing sampai ke tulangnya garing dan dagingnya lembut dan gurih meresap banget. Terus untuk lelenya biasanya. Digoreng kering tapi dagingnya masih lembut.
Terus lanjut ke tempe oreknya yang dipotong agak tebal, bukan setipis korek tapi digoreng kering empuk nggak berminyak. Rasanya? Lagi-lagi dan lagi gurih sampe ke dalam. Sate ati ampelanya standard aja nggak istimewa, sate ususnya ngggak terlalu kering digorengnya jadi masih kerasa teksturnya kalau itu kulit ayam dan rasanya lagi-lagi gurih.
Nah untuk tumis kangkungnya ini ditumis dengan bawang putih dan bawang merah yang dipotong agak besar dan matangnya pas. Jadi bisa dikunyahin itu bawangnya. Kebetulan gue suka makan bawang yang ada di tumisan jadi itu tidak luput dari perhatian saya. Tapi rasanya ASIN.
Kesimpulannya gimana? Di sini terlalu gurih dan asin. Semuanya dibuat gurih. Tone rasanya asin. Walaupun memang nasi uduknya enak, oreknya enak, bebek gorengnya enak, sambalnya enak. Tapi semuanya kegurihan, jadi pas disatuin rasanya jadi lama-lama asin. Apalagi dengan tumis kangkungnya. Kalau menurut gue, misalnya rasa nasi uduk dan sambelnya udah gurih banget. Berarti lauk sampingannya jangan terlalu gurih. Dan minum air teh tawar itu rasanya benar-benar jadi penawar.
Dari segi harga, Nasi Uduk Bro ini udah bisa dibilang hedon untuk ukuran warung nasi uduk. Karena harganya lebih mahal dari Nasi Uduk Kebon Kacang.
Harga :
Nasi Uduk (per porsi): 12.100
Lele Goreng (dapat 2 ekor): 22.000
Bebek Goreng (1/4 ekor): 33.000
Tumis Kangkung: 16.500
Tempe Orek: 8.800
Sate kulit: 2.200
Sate Ati Ampela 5.500
Teh Tawar (bisa refill): 6.600
Rating dari aku 7/10, karena walaupun enak dan gurih tapi lama-lama jadi terlalu asin di lidah.
Oh iya, ini bonus gambar dari Fat Bubble, karena saat makan di sana lidah kena asin-asin terus jadi pengen dikenain sama yang manis-manis.
Comments
Post a Comment